Senin, 29 Juni 2009

Perjalanan Juventus

PERJALANAN JUVENTUS

TONGGAK SEJARAH (1 Nov 1897)

Hari bersejarah untuk Juventus, siswa-siswa D’Azeglio Lyceum berinisiatif membentuk klub olahraga, saat itu ada dua pilihan yaitu Rugbi dan Sepakbola. Setelah mempertimbangkan banyak hal akhirnya sepakbola lah yang dipilih, di komandani oleh Eugenio dan Enrico Canfari kelompok itu memulai aktivitasnya bertempat di D’Armi Square.

Nama klub sempat menjadi pertentangan, kelompok ini sempat mengajukan nama Augusta Tourinorum dengan kostum pink di padi hitam. Tapi akhirnya memilih nama Juventus, alasannya lebih universal karena bisa di artikan sebagai anak-anak muda.

GANTI KOSTUM (1903)

Pada 1903 warna kebesaran klub ini di ubah, Mr Savage pedagang kain asal Inggris yang tinggal di Turin memesan kostum Juventus dari Inggris. Ketik kostum itu datang, ternyata warnanya hitam putih bergaris-garis pula.

Akhirnya kostum itu tetap di pakai hingga saar ini. Karena warna itu pula, Juve mendapat julukan I Biancoeri (hitam putih).

JUARA PERTAMA (1905)

Untuk pertama kalinya Juve berhasil merebut tahta juara. Juventus berhasil menundukkan dominasi klub yang disegani pada waktu itu yaitu Genoa yang sudah mengantongi enam kali juara pada waktu itu. Ironisnya, setelah itu Juve kering akan gelar. Tewasnya presiden klub Enrico Canfari dalam perang dunia 1 membuat prestasi klub menurun. Sulit untuk mendongkrak dominasi klub-klub besar pada saat itu, seperti Genoa, AC Milan dan Pro Vercelli.

20 tahun kemudian, tepatnya pada musim 1925-26 juve kembali mendulang gelar juara. I Bianconeri pada waktu itu di pimpin oleh pelatih asing asal Hungaria, Jano Karoly. Sukses itu dilengkapi dengan menyetorkan salah satu pemainnya sebagai top skorer pada waktu itu yaitu Hirzer dengan 29 gol.

MERUNTUHKAN DOMINASI (1930-an)

Pada 1930 pelatih Carlo Carcano di kontrak, ia pun diberi kebebasan merekrut pemain yang sesuai dengan strateginya. Pemain-pemain hebat pun di rekrut diantaranya Orsi, Caligaris, Varglien, Betolini, Ferrari, dan Borel.

Keputusan yang ada hasilnya, juve menjadi tim yang sangat kuat. Pada musim 1930-32 juve mendulang gelar juara. Hebatnya lagi, juve sukses mempertahankan gelar juara selama lima musim berturut-turut. Sebuah prestasi yang sebelumnya belum pernah di ukir tim mana pun.

KEBANGKITAN KEMBALI (1950-an)

Meninggalnya presiden kedua Juve, Eduardo Agnelli pada 1947 sangat mempengaruhi prestasi juve. Untungnya Giovanni Agnelli cepat tanggap, dia bersedia menjadi presiden klub berikutnya dan membuat kebijakan-kebijakan penting untuk klub. Dua bintang asal Denmark, John Hansen dan Praest di datangkan dan dua bintang local pun di rekrut yaitu Carlo Parolo dan Giampiero Boniperti. Musim 1950-51 dan 1951-52 juve merebut kembali juara, dan pada masa itu juga melahirkan rekor Boniperti.

Pada 1955, Umberto Agnelli menjadi presiden juve berikutnya. Dia membeli John Charles (Wales) dan Enrique Sivori (Argentina). Pembelian dua pemain ini berdampak besar pada prestasi juve. Mereka kembali merebut scudetto pada 1959-60, sekaligus scudetto yang kesepuluh dan juve berhak menyandang satu bintang.

Generasi Emas (1960-1970an)

Tahun 1967 juve melahirkan generasi emasnya. Pemain-pemain seperti Dino Zoff, Gaetano Scirea, Marco Tardelli, Cabrini, Causio, Rosa, Claudio Gentile, Roberto Battega, Furino, dan Anastasi berhasil merebut 9 Scudetto dan melengkapi scudetto ke 20 pada musim 1981-82.

Merambah Internasional (1980-an)

Era 80-an, nama besar juve terdengar seantero jagad. Gelar pertama di era ini dimulai saat juve menjuarai Piala Winners 1984. Setahun kemudian menjuarai Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Interkontinental. Sayangnya, di era ini pula juve mengalami duka yang mendalam. Saat final Liga Champions 1985 melawan Liverpool, tragedy memilukan itu terjadi. Kerusuhan antar supporter terjadi di dalam stadion, 39 orang tewas yang sebagian besar adah para juventini.

Belanja Bintang (1990-an)

Manajemen juve menyerahkan masa depan juve pada trio legenda mereka yaitu Antonio Giarudo, Luciano Moggi, dan Roberto Battega. Ketiganya dikenal pintar belanja dan mengatur strategi, bintang-bintang besar di datangkan ke turin diantaranya Zinedine Zidane, Gianluigi Buffon, Edgar Davids, Lilian Thuram, dan pelatih sekelas Marcello Lippi berhasil di datangkan. Di bawah Lippi, juve merebut 4 scudetto, Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Interkontinental.

Ironi Di Tengah Mimpi (2000-an)

Target Juve di periode ini adalah menyandang tiga bintang. Artinya, juve ingin mendulang gelar ketiga puluh kalinya. Dua scudetto berhasil didapatkan pada 2001-02 dan 2003-04, namun sayang pada musim 2004-05 dan 2005-06 gelar scudtto juve dai copot hal ini dikarenakan petinggi-petinggi juve terlibat calciopolli dan juvepun di degradasi ke Serie-B.